Profil Desa Tanjungseto

Ketahui informasi secara rinci Desa Tanjungseto mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tanjungseto

Tentang Kami

Profil Desa Tunjungseto, Kutowinangun. Menjadi pusat wisata religi Geopark Kebumen lewat Martaban Bulupitu. Desa ini strategis memadukan potensi konservasi hutan, warisan budaya luhur, dan kekuatan ekonomi agraris.

  • Pusat Wisata Religi dan Budaya

    Tunjungseto merupakan lokasi dari Wisata Religi Martaban Bulupitu, sebuah situs petilasan Dewi Nawang Wulan yang kini telah ditetapkan sebagai culturesite dalam kawasan Geopark Nasional Kebumen.

  • Kawasan Konservasi Hutan Lokal

    Desa ini menjadi penjaga Hutan Bulupitu seluas 3,68 hektare yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, termasuk pohon langka berusia ratusan tahun, dan berfungsi vital sebagai daerah resapan air.

  • Basis Pertanian Strategis

    Selain potensi wisata, Tunjungseto didukung oleh lahan subur yang potensial untuk pengembangan tanaman pertanian dan perkebunan, menjadi bagian penting dari ketahanan pangan di Kecamatan Kutowinangun.

Pasang Disini

Terletak di tengah lanskap agraris Kabupaten Kebumen, Desa Tunjungseto, yang secara administratif berada di Kecamatan Kutowinangun, kini mulai dikenal luas melampaui batas-batas geografisnya. Bukan hanya sebagai salah satu lumbung padi di wilayah tersebut, Tunjungseto memegang kunci potensi besar di bidang pariwisata dan konservasi. Dengan adanya Wisata Religi Martaban Bulupitu yang telah resmi menjadi bagian dari Geopark Kebumen, desa ini bertransformasi menjadi sebuah destinasi yang memadukan kekayaan alam, nilai spiritual dan kearifan lokal, menjanjikan masa depan yang cerah dan berkelanjutan.

Desa yang juga dikenal dengan ejaan alternatif "Tanjungseto" ini secara aktif mengembangkan aset utamanya, yakni kawasan hutan dan situs petilasan yang sarat akan sejarah. Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kebumen dan kesadaran masyarakat lokal menjadi motor penggerak utama dalam memposisikan Tunjungseto sebagai desa berkarakter kuat di kancah regional. Profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai aspek yang membentuk Desa Tunjungseto, dari geografi dan demografi, hingga potensi terbesarnya yang kini menjadi sorotan utama.

Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Desa Tunjungseto merupakan salah satu dari 19 desa yang membentuk wilayah administratif Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, desa ini berada di dataran rendah yang subur, sebuah karakteristik umum wilayah Kutowinangun yang menjadikannya sebagai salah satu sentra pertanian penting di Kebumen. Letaknya yang strategis, terhubung oleh jaringan jalan kabupaten, membuat akses menuju desa ini relatif mudah dijangkau dari pusat kecamatan maupun dari ibu kota kabupaten.

Wilayah Kecamatan Kutowinangun sendiri memiliki batas-batas yang jelas, dimana sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Poncowarno, sebelah timur dengan Kecamatan Prembun, sebelah selatan dengan Kecamatan Ambal, dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Kecamatan Kebumen. Posisi ini menempatkan Desa Tunjungseto di tengah-tengah jalur vital yang menghubungkan berbagai pusat ekonomi dan pemerintahan di sekitarnya.

Secara administrasi, Desa Tunjungseto tercatat dengan Kode Wilayah Administrasi 33.05.10.2017 dan menggunakan Kode Pos 54393. Meskipun data spesifik mengenai batas-batas desa Tunjungseto dengan desa tetangganya tidak dipublikasikan secara luas, lokasinya di dalam Kecamatan Kutowinangun menjadikannya bagian tak terpisahkan dari dinamika sosial dan ekonomi kawasan tersebut.

Demografi dan Struktur Kependudukan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kebumen untuk Kecamatan Kutowinangun, total luas wilayah kecamatan ini mencapai 33,73 km² atau setara dengan 3.373 hektare. Data sensus penduduk tahun 2020 mencatat jumlah penduduk di Kecamatan Kutowinangun sebanyak 47.518 jiwa, yang terdiri dari 24.090 penduduk laki-laki dan 23.428 penduduk perempuan. Dari angka tersebut, kepadatan penduduk di seluruh kecamatan mencapai 1.409 jiwa per kilometer persegi.

Sebagai salah satu dari 19 desa di kecamatan tersebut, Desa Tunjungseto turut berkontribusi pada data demografi ini. Walaupun data spesifik mengenai luas wilayah dan jumlah penduduk Desa Tunjungseto belum tersedia secara terperinci dalam publikasi statistik umum, dapat dipahami bahwa struktur kependudukan desa ini tidak jauh berbeda dengan karakteristik umum masyarakat di Kutowinangun. Mayoritas penduduknya menggantungkan hidup pada sektor agraris, menggarap lahan persawahan yang menjadi tulang punggung perekonomian lokal sejak lama.

Komposisi penduduknya yang heterogen hidup berdampingan dengan harmonis, terikat oleh norma sosial dan budaya Jawa yang masih kental. Kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong dan tradisi adat menjadi perekat sosial yang menjaga kerukunan antarwarga.

Wisata Religi Martaban Bulupitu: Jantung Konservasi dan Budaya Desa

Daya tarik utama dan identitas paling menonjol dari Desa Tunjungseto ialah keberadaan Wisata Religi Martaban Bulupitu. Jauh dari sekadar tempat wisata biasa, Bulupitu merupakan sebuah kawasan sakral yang memadukan nilai sejarah, spiritualitas, dan konservasi alam. Nama "Bulupitu" sendiri berasal dari legenda tentang adanya tujuh (pitu) pohon Bulu (Ficus elasticus), sejenis pohon besar yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat.

Kawasan ini sejatinya merupakan sebuah hutan lokal seluas 3,68 hektare yang dijaga kelestariannya secara turun-temurun. Hutan ini menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang kaya, termasuk puluhan jenis pohon yang beberapa di antaranya diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun. Fungsinya sangat vital sebagai kawasan resapan air, menyediakan sumber air bersih bagi masyarakat sekitar sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem mikro di wilayah tersebut.

Di jantung hutan inilah terdapat petilasan yang diyakini sebagai tempat persinggahan Dewi Nawang Wulan beserta kedua putranya, Raden Bagus Klantung dan Raden Bagus Cemeti. Dewi Nawang Wulan merupakan tokoh legendaris yang terkait erat dengan sejarah Aroengbinang, seorang pangeran di Kebumen pada masa lampau. Keberadaan petilasan ini menjadikan Bulupitu sebagai tujuan ziarah dan wisata religi yang ramai dikunjungi oleh masyarakat dari Kebumen maupun dari luar daerah.

Pengakuan atas pentingnya situs ini mencapai puncaknya ketika pada awal tahun 2024, Pemerintah Kabupaten Kebumen secara resmi menetapkan Martaban Bulupitu sebagai salah satu culturesite (situs budaya) yang menjadi bagian dari Geopark Nasional Kebumen. Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto, dalam sebuah kunjungannya menegaskan bahwa kawasan Bulupitu merupakan aset penting yang harus dijaga kelestariannya, baik dari aspek alam maupun budayanya.

"Bulupitu ini sudah dikenal sejak lama sebagai tempat wisata religi. Kawasan ini menjadi satu bagian dari Geopark Kebumen karena menyangkut kelestarian alam dan budaya yang sampai saat ini masih terjaga," ujar Bupati. Penetapan status ini tidak hanya mengangkat nama Desa Tunjungseto, tetapi juga membuka peluang pengembangan pariwisata yang lebih terstruktur dan bertanggung jawab, dengan tetap mengedepankan prinsip konservasi.

Potensi Pertanian dan Perekonomian Lokal

Di luar sektor pariwisata yang sedang naik daun, fondasi ekonomi Desa Tunjungseto tetap berpijak kuat pada sektor pertanian. Lahan yang subur dan ketersediaan air yang cukup menjadikan desa ini sebagai salah satu wilayah agraris yang produktif di Kecamatan Kutowinangun. Komoditas utama yang dihasilkan ialah padi, sejalan dengan status Kecamatan Kutowinangun sebagai salah satu produsen padi utama di Kabupaten Kebumen.

Selain padi, Rencana Strategis Kecamatan Kutowinangun juga mengidentifikasi bahwa Desa Tunjungseto memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai desa penghasil tanaman pertanian dan perkebunan lainnya. Potensi ini membuka peluang diversifikasi usaha tani bagi masyarakat, seperti penanaman palawija, sayur-mayur, atau bahkan tanaman perkebunan bernilai ekonomis tinggi yang cocok dengan kontur dan jenis tanah setempat.

Perekonomian lokal juga mulai terangkat oleh geliat aktivitas wisata di Bulupitu. Meskipun belum masif, efek ganda dari kunjungan wisatawan mulai dirasakan oleh masyarakat. Peluang usaha baru seperti penyediaan jasa, warung makan, hingga penjualan produk-produk lokal mulai terbuka. Ke depannya, sinergi antara sektor pertanian dan pariwisata dapat menjadi model pengembangan ekonomi yang unik bagi Desa Tunjungseto. Hasil bumi dari pertanian lokal dapat diolah dan dipasarkan kepada wisatawan, menciptakan rantai nilai yang sepenuhnya dikelola oleh masyarakat desa.

Pemerintahan dan Kelembagaan Desa

Roda pemerintahan di Desa Tunjungseto dijalankan oleh Pemerintah Desa yang terdiri dari Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya. Berdasarkan informasi dari situs resmi desa, Pemerintah Desa Tunjungseto secara aktif menjalankan fungsi-fungsi administrasinya, termasuk dalam hal perencanaan dan pengelolaan anggaran. Pelaksanaan Musyawarah Desa (Musdes) untuk membahas dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) menjadi bukti adanya tata kelola pemerintahan yang transparan dan partisipatif.

Kelembagaan desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), serta organisasi kemasyarakatan lainnya seperti Karang Taruna dan PKK juga turut berperan aktif dalam pembangunan desa. Kolaborasi antara pemerintah desa dan lembaga-lembaga ini menjadi kunci dalam menggerakkan program-program pemberdayaan masyarakat, pembangunan infrastruktur dasar, serta kegiatan sosial budaya.

Dalam konteks pengembangan Wisata Religi Martaban Bulupitu, peran Pemerintah Desa Tunjungseto menjadi sangat sentral. Mereka bertindak sebagai fasilitator antara masyarakat lokal, Pemerintah Kabupaten, dan pihak pengelola Geopark Kebumen. Kemampuan untuk membangun sinergi dan mengelola aset desa secara profesional akan menentukan sejauh mana potensi besar yang dimiliki desa ini dapat diwujudkan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat.

Arah Baru Pembangunan Desa Berbasis Warisan Budaya

Desa Tunjungseto di Kecamatan Kutowinangun merupakan contoh nyata dari sebuah desa agraris yang berhasil menemukan dan mengembangkan identitas uniknya. Dengan bertumpu pada warisan budaya dan kekayaan alam di Wisata Religi Martaban Bulupitu, Tunjungseto tidak hanya menawarkan pesona spiritual, tetapi juga sebuah komitmen terhadap konservasi lingkungan.

Penetapan Bulupitu sebagai bagian dari Geopark Kebumen adalah sebuah tonggak penting yang membuka jalan bagi desa ini untuk berkembang menjadi destinasi ekowisata dan budaya yang diakui secara lebih luas. Keberhasilan pembangunan ke depan akan sangat bergantung pada kemampuan masyarakat dan pemerintah desa dalam mengelola potensi ini secara berkelanjutan, memastikan bahwa manfaat ekonomi dapat berjalan seiring dengan pelestarian alam dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-temurun. Desa Tunjungseto kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi model desa mandiri yang sejahtera melalui penjagaan warisan leluhurnya.